Psikolog Klinis Dewasa, Wulan Ayu Ramadhani, M. Psi, menyarankan agar Anda mengendalikan diri lebih dulu. Ketahui perasaan Anda yang sebenarnya setelah mengetahui 'rahasia' tersebut. Buka pikiran dan renungkan mengapa pasangan bisa mencari perhatian dari wanita lain, evaluasi diri sendiri. Setelah tenang baru ajak bicara pasangan.
"Kenapa penting untuk tahu perasaan dulu karena kita bisa lebih antisipasi, emosi apa nih yang keluar saat kita ngomong, jadi memang kematangan emosi buat komunikasi. Bukan nggak boleh marah tapi bagaimana cara menyampaikan kemarahan tersebut," jelas Wulan kepada wolipop di Cilandak Town Square, Jakarta Selatan, Senin (1/4/2013).
Setelah bertemu pasangan, hindari langsung memberikan tuduhan-tuduhan yang ada di pikiran Anda. Usahakan tetap tenang dan lembut, misalnya dengan pertanyaan 'sayang, kamu sama wanita ini mempunyai hubungan apa?'. Jika dia menjawab sekadarnya untuk menutupi kesalahan, jangan langsung terpancing emosi. Katakan bahwa Anda tidak nyaman melihat percakapan pasangan dengan wanita itu di akun sosialnya.
Selama berdiskusi dengannya, tahan emosi Anda. Berikan dia kesempatan untuk menjelaskan dan sebaiknya berbicara dalam keadaan duduk dengan suasana yang nyaman. Kebanyakan wanita ketika perasaannya sudah ditutupi amarah tidak akan mau mendengarkan penjelasan pasangannya.
"Bicarakan secara perlahan dan kasih kesempatan dia untuk menjelaskan kadang saking marahnya apapun yang dikatakan pasangan tidak peduli, itu yang bisa menghambat komunikasi," saran wanita lulusan Universitas Indonesia itu.
Usai semuanya jelas, kembali kepada Anda dan pasangan, apa memang mau melanjutkan hubungan atau tidak? Jika keduanya masih ingin tetap bersama, bangun komitmen yang baru. Wulan mengatakan, selingkuh itu pilihan. Tidak semua kesalahan milik peselingkuh. Maka dari itu, jika hubungan asmara Anda diwarnai perselingkuhan sebaiknya evaluasi diri masing-masing dulu sebelum saling menuduh. Kemudian baru evaluasi hubungan dengan pasangan agar membuka lembaran baru yang lebih baik, meskipun akhirnya putus atau kembali bersama.
"Seringkali orang lebih suka blaming dan tidak evaluasi sehingga merasa ini semua salah si dia. Itu sih sebenarnya yang penting," tutup Wulan.
No comments:
Post a Comment