Saturday, January 14, 2012

GHURUR

Pengajian MDN tanggal 14 Januari 2012

Pengertian Ghurur adalah menurut bahasa, Ghurur adalah "terpedaya" sedangkan menurut istilah adalah "merasa bahwa dalam dirinya ada sesuatu yang tidak dirasakan orang lain". Umpamanya, mengira dirinya termasuk orang besar yang patut dihormati, tetapi ia tidak mempunyai faktor kebesaran atau mengiria dirinya termasuk orang alim dan cendikiawan, padahal kebodohan masih bersemayam di dalam dirinya. 


Tipe - tipe orang yang terpedaya / termasuk Ghurur :
1. Golongan yang mementingkan ilmu syara' dan akal, tetapi mengabaikan pemeliharaan anggota bdannya dari maksiat, karena terpedaya dengan ilmunya dan mengira bahwa kedudukannya tinggi di sisi Allah dan tidak akan di siksa. Orang yang tidak mengamalkan ilmunya adalah seperti dalan firman Allah :
"Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya, adalah seperti kedelai yang membawa kitab-kitab yang tebal. " ( Qs. Al Jumu'ah : 5 )
2. Golongan yang mementingkan ilmu dan amal, tekun melakukan ibadah dan meninggalkan maksiat , tetapi dalam hatinya masih ada sifat-sifat tersela seperti takabur, hasad, riya , dan ingin popularitas dan sebagainya.
Golongan ini diperingatkan dengan sabda Nabi Saw :
 "Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla tidak akan melihat rupa dan wajahmu, kekayaan dan hartamu, akan tetapi Ia akan melihat hatimu dan amal perbuatanmu "( HR. Ahmad )
3. Golongan yang hanya membanggakan diri karena dapat memutuskan masalah pemerintahan atau mendamaikan permusuhan serta dapat menyelesaikan hubungan duniawi, tetapi ia menyia-nyiakan amal perbuatan lahir dan batin.
4. Golongan yang berkecimpung dalam nasehat dan pembicaraan tentang akhlaq/jiwa, zuhud dan ikhlas, lalu mereka mengira bahwa dengan demikian mereka sudah berakhlaq.
5. Golongan yang berkecimpung dalam bahasa dan kesusastraan dan mengira bahwa mereka telah diampuni segala dosanya, maka mereka tidak mau mempelajari pengetahuan tentang syariat.

Ghurur merupakan sifat yang tercela dan terlarang oleh karena orang yang terpedaya tidak akan terbuka hatinya untuk menerima petunjuk jiwanya, tetapi ia tetap terombang ambing dan dipermainkan. Oleh karena itu Al Quran telah memperingatkan sebagai berikut:
"Sesungguhnya janji Allah adalah benar , maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdaya kamu dan jangan 
( pula ) penipu ( syaitan) memperdaya kamu dalam mentaati Allah." ( Qs. Lukman : 33 )
Orang-orang munafit itu memanggil mereka ( orang-orang mukmin ) seraya berkata : "Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu? "Mereka menjawab: "Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu ( kehancuran kami) dan kamu ragu- ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah, dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (syaitan ) yang amat penipu. ( Qs. Al Hadid : 41)
Sabda Nabi Saw :
" Orang cerdik/ cerdas adalah orang yang bisa menguasai dirinya dan beramal untuk kepentingan / kebahagiaan setelah meninggal, sedangkan orang yang rendah budinya adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan terhadap belas kasihan Allah. "( HR. Turmudzi )

Pengenalan I'tibar tentang Ghurur, kita bisa mengambil pelajaran akibat perbuatan orang-orang munafik yang terpedaya oleh angan-angan kosong sehingga datang ketetapan Allah pada Qs. Al Hadid : 13 - 14 dan orang-orang yang menjadikan agama sebagai main-main dan sendau gurau terpedaya oleh kehidupan dunia dapat di lihati di Qs. Al An'am : 70 .

Adapun cara-cara untuk dapat menghindari dari sifat Ghurur antara lain :
1. Mengetahui kedudukan diri sendiri , sampai dimana orang itu berdiri , jangan sampai keliru dalam memperkirakan martabat diri sendiri , jangan malu mengatakan bahwa dirinya adalah golongan biasa, jangan merasa bangga kalau orang lain memberikan gelar yang mulia sekalipun memang hak.
2. Berusaha meningkatkan diri dengan menempuh jalan yang tidak merugikan orang lain dan tidak mengganggu ketenangan masyarakat.
3. menyingkirkan jauh-jauh sifat ingin enaknya sendiri , maksudnya jangan menjadi manusia yang egois yang terlalu mengutamakan diri sendiri di atas kepentingan umum.
4. Menganggap bahwa segala jasa yang dibebankan masyarakat itu sebagai suatu yang kecil dan tidak berarti sama sekali, meskipun dalam pandangan umum amat besar dan sangat berharga.

                                                                                                                                                                                                           Ustazah Yanik Prayitno

No comments:

Post a Comment